Home » » Ajaran tentang ibadah agama yahudi

Ajaran tentang ibadah agama yahudi

Written By Unknown on Jumat, 22 Maret 2013 | 20.50



Ajaran tentang ibadah agama yahudi
  1. Pedahuluan
Meurut orang Yahudi manusia adalah makhluk sedikit lebih rendah derajatnya dari para malaikat, namun bisa juga lebih rendah derajatnya daari para binatang  apabila ia tidak bisa mengunakan akalnya dalam melakssanakan ketaatan kepada Tuhan.
Manusia banyak memiliki keterbatasan di bandingkan dengan kemuliaan surgawi, bahkan manusia adalah debu, sangat lemah, hidupnya sangat singkat, ibarat tumbuhan yang segar di pagi hari, dan di tebang pada soreharinya layu.
Dengan keterbatasan itu, manusia tidak terlepas dari berbuat dosa, yakni menyimpang dari tujuanya. Dengan membayar dosa itu mereka melakukan ibadah untuk menebusnya. Pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang “ajaran ibadah agama Yahudi, di bidang Sembahyang dan puasa”, sebenarnya masih banyak aspek ibadah yang lainya yang ingsa Allah akan di bahas lain waktu oleh kawan-kawan yang lain.
  1. Ajaran tentang ibadah agama yahudi
Diantara perintah yang berhubungan dengan ibadah adalah larangan untuk menyembah, larangan menyebut tuhan yahoweh dengan cara bermain-main, dan mensucikan hari sabbat. Perintah untuk tidak menyembah berhala nampaknya sulit mereka melaksanakanya atau mereka patuhi, karena masih banyak peningalan kepercayaan2 kuno atau pengaruh kepercayaan berbagai suku bangsa lain yang tidak begitu saja mereka tinggalkan. Seperti penyembahan terhadap patung anak lembu,kambing, atau anak dalam kandungan, seperti di sebut dalam taurat mereka. Yarub’an putra sulaiman sendiri pernah membuat dua buah patung sapi dari emas untuk di sembah oleh pendukung-pendukungnya supaya tidak susah payahlagi pergi ke Haikal. Satu abad setelah kematian Sulaiman, raja Ahab dan rakyatnya juga menyembah lembu. Mereka juga pernah menyembah ular, dan ular itulah yang sekarang menjadi lambing gerakan Free Masonry.[1]
Agama Yahudi lebih mengutamakan amalan di bandingkan keimanan, dan pada dasarnya agama itu adalah cara hidup dan bukan merupakan akidah atau kepercayaan. Menurut pemikiran Yahudi menetapkan bahwa tiap-tiap ganjaran itu menurut amalan (perbuatan) dan bukan menurut keyakinan atau kepercayaan, dan bahwasanya manusia itu sama saja, yang membedakan adalah amalan mereka.[2]
Jenis-jenis peribadatan mereka hampir sama dengan islam dalam artian mereka juga mengenal sembahyang, korban, puasa, khitan dan lain sebagainya. Pada saat ini makalah yang akan kami bahas adalah sepintas mengenai ibadah sembahyang  dan puasa dalam agama yahudi.[3]
1.      Sembahyang dan Doa
Orang yahudi melakukan sembahyang 3 kali sehari setiap jam 9, 11, dan 3 sore, sedangkan dalam kitab Talmud di tetapkan 3 sembahyang dalam sehari semalam dengan sembahyang pagi, siang dan malam. Pada waktu tegak berdiri mereka mengawali dengan “tefillah” atau “amidah” dan mengucapkan selawat 19 kali. Amidah sering di dahului  dengan “shema” atau Syahadah pertama Yahudi, di lanjutkan dengan pujian terhadap Tuhan, dan di akhiri dengan “alenu wajib” atau doa wajib. Sembahyang  mereka bias di lakukan sendirian maupun bersama (berjamaah) yang biasanya di lakukan di tempat yang di sebut Sinagon, serta kiblatnya ke Baitul Maqdis.
Doa yang mereka lakukan adalah mengangkat kedua tanggan ke arah langit sambil beriri, ada juga yang sambil duduk berlutut.[4]
Tempat senmbahyang mereka ketika berada di mesir, sebelum kitab Taurat, orang israel bersembahyang di rumah-rumah mereka masinh-masing atau di suatu tempat khusus untuk bersama.
Setelah berada di gurun sinai, turun kitab Taurat, kemudian mereka bersembahyang di dalam khaimah besar yang khusus untuk bersembahyang, luasnya kira-kira 100x50 hasta (32x16 mater). Khaimah ini mereka bawa kemana saja mereka pindah.
Di zaman Nabi Sulaiman memerintah, setelah baitul maqdis selesai didirikan, maka tempat sembahyang mereka berpindak ke baitul maqdis (rumah suci), dan tidak lagi mengunakan khaimah.
Di kampung-kampung yang jauh dari kota, bangsa Yahudi mendirikan Sinagon-sinagon, yaitu mushalla-mushalla untuk tempat mengajarkan agama, dalam sembahyang mereka menghadapkan wajahnya kebaitul maaddas di palistina, sebagai kiblat mereka, dan yang di di tunjuk selamanya menjadi imam adalah keturunan Lewi.[5]
2.      Puasa
Ada beberapa jenis puasa yang mereka lakukan, seperti puasa untuk penganti kejadian-kejadian bersejarah yang mereka sebut “puasa kecil” ada juga puasa “Sembilan hari” atau puasa berduka cita, tidak boleh minum anggur dan makan daging, “puasa tiga minggu” yang di dalam waktu itu tidak boleh melaksanakan pesta perkawinan. Tujuan pesta  adalah untuk menghapuskan dosa dan mensucikan diri, di sampiung untuk menyatakan rasa keprihatinan atau duka cita. Waktu puasa mereka mulai dengan menyingsing sampai kelihatan tiga buah bintang pada senja hari.[6]
Di buku lain mengatakan bahwa orang yahudi di wajibkan berpuasa pada hari ke sepuluh setiap bulan ketujuh, disamping itu puasa di lakukan secara suka rela, dan di lakukan biasanya pada waktu-waktu mendapat musiabah atau bencana.[7]
Puasa dalam agama Yahudi
Ada dua hari puasa utama dan empat hari puasa kecil yang merupakan bagian dari tahun Yahudi. Dua puasa utama, Yom Kippur dan Tisha B'Av, yang berakhir hanya selama dua puluh empat jam. Puasa dimulai sebelum matahari terbenam, ketika masih ada cahaya di sebelah luarnya, dan diakhiri setelah matahari terbenam berikutnya, ketika terlihat gelap di sebelah luarnya dan tiga bintang dapat dilihat di langit. Puasa ini adalah wajib. Orang yang menjalankan puasa utama ini tidak dapat makan, minum, menggosok gigi, menyisir rambut, atau mandi. Puasa kecil berbeda dalam lama waktunya dari puasa utama. Tidak boleh makan atau minum dari subuh sampai malam.[8]
Penganut Yudaisme yang ketat mengamati secara ketat setiap hari puasa. Yahudi yang lain mungkin melakukan cara yang dimodifikasi dari puasa. Hal ini bisa tidak makan tetapi boleh minum, berpuasa tetapi tidak boleh mandi, atau tidak mengamati beberapa hari berpuasa sama sekali.
Apa Tujuan Puasa dalam agama Yahudi?
Yom Kippur adalah Hari Pendamaian (Imamat 23:27-28). Sebagai salah satu hari paling penting dari puasa tahun Yahudi, bersama dengan doa, dilakukan sebagai sarana pertobatan. Hal ini sesuai dengan gagasan melakukan penebusan untuk setiap dosa yang dilakukan selama setahun dan memulihkan jiwa seseorang kembali ke keadaan utuh.
Sebagian besar hari-hari puasa yang lainnya berfokus pada hari berkabung dan peringatan untuk mengingat peristiwa sejarah penting. Pada tanggal 10 bulan Tebet orang-orang Yahudi berpuasa untuk mengenang pengepungan Yerusalem (597 SM) oleh Nebukadnezar raja Babel (Babylonia)(Nebukadnezar bisa kita jumpai di 2 Raja-raja,1 dan 2 Tawarikh, Ezra, Nehemia, Ester, Yeremia, Yehezkiel, dan Daniel). Enam bulan menjelang pengepungan Yerusalem pelanggaran pertama dibuat di dinding kota. Peristiwa ini dan peristiwa-peristiwa tragis lainnya yang terjadi sekitar waktu ini dikenang dalam puasa pada tanggal 17 bulan Tammuz. Kota Yerusalem itu akhirnya jatuh ke tangan Babel. Raja Yahudi Yoyakhin ditawan dan dibawa ke Babel beserta dengan banyak dari rakyatnya.[9]
Sebelas tahun kemudian paman Nebukadnezar memberontak terhadap keponakannya. Nebukadnezar kembali mengepung kota itu selama enam belas bulan (587-586 SM). Kekalahan kedua oleh Babel ini pada tahun 586 SM diikuti oleh kehancuran Bait Allah dan kota itu. Peristiwa ini diperingati oleh puasa pada tanggal 9 bulan Av (Tisha B'Av). Secara kebetulan Bait Allah Kedua, yang dibangun kembali setelah kembalinya bangsa Yahudi dari Babel, dihancurkan oleh Romawi pada hari yang sama pada tahun 70 Masehi. Dengan demikian penghancuran Babel atas Bait Allah Pertama dan penghancuran Romawi atas Bait Allah Kedua menjadi saat mengheningkan cipta, berkabung pada hari puasa yang sama.
Puasa Kecil
Ada empat puasa kecil dalam kalender Yahudi. Ini adalah puasa yang dilembagakan oleh orang Bijak untuk memperingati tragedi nasional. Puasa kecil (yaitu, semua puasa kecuali puasa Yom Kippur dan Tisha B'Av) terakhir dari fajar sampai malam, dan yang berpuasa diizinkan untuk sarapan jika ia bangun sebelum matahari terbit untuk tujuan melakukannya. Ada banyak kelonggaran dalam puasa kecil bagi orang-orang yang memiliki kondisi medis tertentu atau kesulitan puasa lainnya. Tanggal puasa dipindahkan ke hari Minggu jika tanggal yang ditentukan jatuh pada hari Sabat.
Tiga dari keempat puasa memperingati peristiwa yang menyebabkan jatuhnya bangsa pertama dan kehancuran Bait Allah pertama, yang diperingati oleh puasa utama Tisha B'Av. Berikut ini adalah daftar puasa kecil yang diharus oleh hukum Yahudi, tanggal, dan peristiwa yang diperingati:[10]
  1. Puasa Gedalya, 3 bulan Tishri, memperingati pembunuhan gubernur Yahudi Israel, peristiwa penting dalam kejatuhan bangsa pertama. Puasa Tebet, 10 bulan Tebet, adalah awal dari pengepungan Yerusalem. Ini juga memproklami
  2. rkan hari peringatan bagi enam juta orang Yahudi yang tewas dalam Holocaust.
  3. Puasa Ester, 13 bulan Adar, memperingati tiga hari berpuasanya Ester sebelum mendekati Raja Ahasyweros atas nama bangsa Yahudi. Puasa ini berkaitan dengan Purim. Jika 13 Adar jatuh pada hari Jumat atau Sabtu, puasa akan dipindahkan ke hari Kamis sebelumnya, karena tidak bisa bergerak maju hari (itu akan jatuh pada Purim).
  4. Puasa Tammuz, 17 bulan Tammuz, adalah hari ketika dinding Yerusalem dilanggar.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Shalabi, Agama Yahudi, Jakarta, Bumi Aksara, 1991.
Hakim, Agus, Perbandingan Agama, cet. 12, Bandung, Diponegoro, 2001.
Mudjahid abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta, PT. Grafindo, 1996.
Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996.
http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011



[1]Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT. Grafindo, 1996), hal. 61-62.
[2]Ahmad Shalabi, Agama Yahudi, (Jakarta, Bumi Aksara, 1991), hal. 194-195.
[3]Mudjahid abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, hal 62.
[4]Hakim, Agus, Perbandingan Agama, cet. 12, (Bandung, Diponegoro, 2001), hal. 54.
[5]Hakim, Agus, Perbandingan Agama, hal. 54-55.
[6]Mujahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta, PT RajaGrafindo, 1996),  hal. 63.
[7]Hakim, Agus, Perbandingan Agama, hal. 55
[8]http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[9]http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
[10]http://murtadinkafirun.forumotion.net/t11688-puasa-dalam-agama-yahudi/24/11/2011
Share this article :

5 komentar: