Home » » Sumbangan Dana Sosial Berhadiah

Sumbangan Dana Sosial Berhadiah

Written By Unknown on Senin, 28 Januari 2013 | 05.48



SDSB era 80an

(dikutip dari “Novel Burlian: Karya Tere_Liye, h.95-). sungguh novel yang penuh inspiratif.
Di era 80an ada yang terkenal dengan nama SDSB yaitu “Sumbangan Dana Sosial Berhadiah”. Mengikuti acara ini tidak perlu sekolah tinggi-tinggi apalagi memiliki ijazah yang penting ada kemauan dan uang untuk membeli nomor yang akan di pasang.

Acra ini awalnya tidak di minati oleh kebanyakan orang, namun karena disediakan hadiah yang mengiurkan hanya denan membeli angka seharga 1000 esok harinya mendapat hadiah 2.500.000. tentu jika nomernya tembus alias nomer yang di beli sama dengan nomer yang di siarkan melalui radio. siapa yang tak tergiur dengan hadiah sebesar itu terlebih bagi orang yang tidak berpendidikan, dengan hadiah inilah banyak orang kampung mengikutinya dan pasti tergoda.

Awalnya hanya coba-coba, kemudian berlanjut menjadi kebiasaan, awalnya hanya 1000 menjadi 10.000 dan selanjutnya. Bahkan uang untuk membeli beras di gunakan untuk membeli nomer.

Sehingga mereka malas berusaha, jika tidak ada uang lagi perabotan rumah tangga akan di jual hanya untuk membeli nomer SDSB bahkan rumah bisa juga di jual.

Tidak hanya orang dewasa saja yang membeli nomer SDSB namun anak anak juga. Jika orang tua masih meliki uang bisa beli jika tidak dia akan menjual apa yang ada, coba anda bayangkan jika anak yang mau beli namun tidak ada uang apa yang akan dia lakukan??? Tentu apa saja akan di lakukannya, alih-alih pasti akan cari cara minimal mencuri uang belanja ibunya. Jika demikian maka rusaklah generasi muda.

Judi pada saat itu tidak hanya SDSB saja, bahkan ada juga yang memasang taruhan untuk jagoan mereka misalnya dalam laga tinju atapun sepak bola. Apa saja bisa di jadikan sebagai judi.

Ada sebuah cerita, di suatu kampong ada seorang kiyai yang mashur dan terpandang dia memiliki anak. Suatu ketika anaknya sembunyi-sembunyi menyabung ayam. Kelakuannya ini di ketahui oleh salah seorang murid kiyai. Maka sang murid ini pun melaporkan kejadian tersebut kepada kiyai. Marahlah sang kiyai tersebut akan perbuatan anaknya, sambil berucap astaghfirullah, sungguh anak tak tau berbudi, mau di taruh di mana mukaku. Sang murit berkata lagi, tapi…tapi… anak kiyai menag. Alhamdulillah haji berucap syukur.

Akupun tertawa membaca cerita itu. Astaghfirullah, benarkah cerita haji itu?

Tentu ada benarnya dan ada salahnya juga, hal ini kembali kepada diri masing-masing.

Coba anda bayangkan betapa majunya judi jaman dulu, terlebih pada zaman sekarang ini apa saja bisa di jadikan alat judi. Pertandingan, game, dan apalah itu bisa saja.

Tapi untung saat ini anak-anak sudah pada pandai berpikir sehingga dapat memilih mana yang pasti dan mana yang tipuan. Ya walaupun masih ada juga yang tertipu, semoga saja menjadi pelajaran bagi dia.

So, tidak ada yang instan di dunia ini kecuali mie instan, hehe. Jika ingin dapat uang banyak maka satu-satunya cara adalah berusaha semaksimal mungkin dan jangan lupa berdo’a. semuanya memerlukan proses.
                                             
                                                                                                      by.Muh_Maskur89
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar