Home » » Fenomenologi Niat

Fenomenologi Niat

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 00.12



Fenomenologi Niat

Sesuatu tidak akan menjadi fenomena jika tidak ada niat. Maka niat dan kesadaran harus ada untuk melihat suatu fenomena. Fenomena itu dilihat bukan sudut pandang kita tapi melihat apa adanya dari fenomena itu.

Freud mereduksi fenomenologi keagamaan hanya sebagai psikologis, durkheim, weber, dan marx sebagai fakta sosial.

Otto, pengalaman agama itu harus melihat pengalaman keagaman itu di lihat dari sudut pandang penganut agama itu sendiri, "pengalaman keagamaan pada dasarnya dalah pengalaman berjumpa dengan yang suci, yang didalamnya terkandung misteri didalamnya ada rasa takut sekaligus terpesona",

Kesucian adalah hal penting dalam agama, sebab Tuhan Itu suci maka ketika mau menghadap kepada yang suci harus bersuci dulu. Dengakan kata lain bagai mana caranya kita mendekati kehadiran Tuhan yang suci dalam kehidupan.

Yang membedakan antara yang sakral dan yang Profal, Mesi Eliade, seorang yang bergama berusaha selalu dekat dengan yang suci dan sakral sehingga manusia selalu berbuat sesuatu yang mengarah kepada kesucian, Yaitu niat.

Esensi(hakekat) mendahuli eksistensi(keberadaan). ada dua pendapat.
Niat lebih baik amal daribada perbuatannya,

Menemukan dirinya ketika menhayati dirinya dengan yaksakral, misalnya apa ada bedanya ketika anda selesai melaksanakan Shalat.

Dalam kajian fenomenologi islam, masalah niat adalah masalah yang penting, mnurut al-Syuty menyatakan bahwa perbuatan itu tergantung dengan niat.

Dalam fenomenologi menurut Smith, ada ungkapan yang menyatakan bahwa "tak ada prnyataan sesuatu tentang agama yang absah kecuali pernyataan itu di terima oleh penganut agama yang bersangkutan."

Berniat sesuatu itu berbarengan dengan mealkukan sesuatu, menurut Imam Syafi'i
Dalam fikih ikhlas tidak di urus dalam tasauf, tanpa iklas niat bisa di kerjakan "mengerjakan dengan ikhlas.”

Niat di butuhkan, hal ini bertujuan untuk membedakan antara ibadah dengan kebiasaan, Niat juga membedakan antara duduk di masjid dengan duduk i'tikaf, Tapi jika ibadah itu hanya satu maka niat tidak perlu, misalnya membaca Al-Qur'an, Lain halnya dengan niat Salat, sebab shalat itu ada banyak macamnya, maka niat itu perlu untuk membedakan shalat apa yang kita lakukan.

Namun dalam niat tidak perlu terperinci, misalnya niat shalat apa, waktunya kapan, dimana tempatnya, dan siapa imamnya, sebab di takutkan niat tidak sesuai dengan siapa yang kita imamkan, Dalam niat, diharuskan menentukan niat fardu atau tidak, Niat baik tetap dapat pahala walaupun tidak di lakukan, lain halnya dengan niat jahat, jika tidak di lakukan tidak dapat dosa namun jika di lakukan dapat dosa.

Misalnya orang yang membunuh dan yang di bunuh mereka masuk neraka, Sesunguhnya perbuatan itu tergantung niat, niat lebih utama daripada perbuatan, sebab niat adalah kerja batin,

Niat itu ada yang karena Allah, dan karena pamer, Jika niat baik itu lebih besar maka pahala itu tergantung seberapa besar niat itu. Misal 75% niat baik dan 25% niat buruk maka pahalanya di potong dengan niat keburukan itu.

Saat ini zaman modern, sebuah kejahatan akan cepat dan mudah terungkap dengan adanya CCTV, demikian pula dengan semua perbuatan manusia akan di mintai pertangung jawabannya di akherat nanti yaitu berupa catatan para malaikan rakib dan atit.

Disini, lebih di tekankan pada kesamaan antara niat dengan tindakan.

Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar