Cinta
Yang Lain
Cinta
adalah fitrah tuhan yang di berikan kepada makluk yang paling mulia yaitu
manusia namanya. Cinta memberikan angin segar bagi kehidupan manusia untuk
terus bergerak untuk selalu memperbaiki diri. Setiap manusia pasti mendambakan
yang namanya cinta sejati, siapapun tanpa mengenal status sosial.[1]
Setiap
pasangan pasti mendambakan buah hati, sebab belum lengkap sebuah keluarga tanpa
buah hati. Namun tak sema pasangan mendapat kesempatan ini. Hal ini terjadi
karena pasti dibalik itu semua ada hikmahnya, bisa kita lihat ada sebagian
orang yang bisa menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan putus asa serta
menyalahkan Tuhan.
Orang
yang lapang dada dan tidak toh kenyataannya adalah begitu adanya. Kalau dilihat
dari keduannya tentu yang paling baik adalah lapang dada menerima takdir Tuhan,
toh bila putus ada kenyataanya begitu. Jadi alangkah baiknya menerima kenyataan
dan mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih baik lagi.
Masih
banyak anak-anak yang terlantar akibat ekonomi maupun di abaikan orang tuanya,
betapa panyak mereka tak pernah merasakan belaian kasih dan sayang orang tua
bahkan tidak pernah tau siapa orang tua mereka. Merekalah yang memerlukan
uluran tangan setiap manusia yang memiliki hati nurani, maka itulah ladang kita
untuk melengkapi kegundahan hati dan melengkapinya dengan memberikan
kebahagiaan kepada mereka yang membutuhkan terutama mereka yang tinggal di
panti asuhan.
Demikianlah
mungkin salah satu langkah terbaik untuk mengisi kekosongan hati seorang
pasangan suami istri dengan berbagi kepada mereka yang membutuhkan.
Jodoh
adalah takdir yang ditetapkan oleh Allah, siapa, bagaimana, dan kapan itu
merupakan rahasiaNya. Kita hanya bisa berusaha untuk mencari jodoh kita dengan
di sertai do’a agar jodoh kita nanti baik menuruk semua.
Ingatlah
bahwa kita selaku manusia hanya wajib berusaha dan berdo’a, mengenai hasilnya
itu merupakan hak absolute Tuhan.
Jika
kita berasumsi bahwa di balik usaha-usaha kita adalah diri kita sendiri, kita
akan kecewa apabila hasilnya tidak sesuai dengan harapan-harapan kita. Kita
sudah menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan agama, tapi tetap saja
musibah, cobaan, ujian tak mau menyingkir dari kita. Dan kitapun kecewa dengan
menduga amalan-amalan kita bisa menyelamatkan kita dari itu semua.”
Tapi,
jika kita benar-benar berserah diri kepada Allah, maka akan melihat kesatuan
asal dan penyebab di balik setiap amalan dan cobaan. Kegagalan hanya akan di
anggap sebagai peringatan untuk memperkuat kesadaran kita terhadap kehendaknya,
rahmat, dan karunia Allah. Yakni dengan ikhlas menerima kehendak Tuha, dan
melakasanakan perintah serta menjauhi larangan agama.
Tanpa
ujian manusia tidak akan pernah meningkat derajatnya. Jadi setap manusia hidup
pasti akan menemui ujian dan cobaan. Kegagalan sebagai wadah intropeksi diri
agar menjadi lebih baik dari sebelumnya.
by.Muh_Maskur89
[1]Hadi, S. Khuli, “Lafazh-lafaz Cinta,
novel dari Orang-orang Portitusi”, Jogjakarta: DIVA Press, 2008.
0 komentar:
Posting Komentar